Rahasia Dibalik Kegagalan Advan Jadi Tren Nasional di Pasar HP Indonesia
GSMBase.web.id - Advan, brand lokal Indonesia sejak 1998, pernah masuk top 5 smartphone terlaris 2017. Kini namanya redup di tengah persaingan ketat.
Awalnya fokus elektronik komputer, Advan geser ke smartphone sekitar 2010. Penjualan naik berkat harga murah dan spesifikasi lumayan.
Sobat GSMBase, puncak kejayaan Advan bersaing dengan Samsung, Oppo, Vivo, dan Xiaomi. Setelah itu penjualan menurun drastis.
Produk Kurang Kompetitif
Advan tawarkan HP untuk pemakaian dasar. Spesifikasi sering kalah dari brand China di harga sama.
Tahun 2019, Advan G3 Pro pakai Unisoc RAM 4GB. Performa di bawah Snapdragon menengah kompetitor.
Xiaomi Redmi Note 8 hadir desain kaca premium. Kamera dan prosesor jauh lebih unggul dengan harga mirip.
Konsumen pilih tambah sedikit budget untuk value lebih baik. Advan kalah telak di aspek value for money.
Branding Lemah dan Tidak Modern
Brand HP kini soal gaya hidup dan identitas. iPhone mewah, Samsung elegan, Xiaomi tech-savvy.
Advan tidak punya image kuat di benak konsumen. Banyak orang kira brand China padahal lokal.
Kerja sama influencer besar jarang dilakukan. Campaign digital minim dan tidak viral.
Marketing konvensional seperti TV dan banner dominan. Padahal tren kini di TikTok, YouTube, Instagram.
Realme dan Infinix aktif kasih unit ke YouTuber. Xiaomi bangun komunitas kuat di forum online.
Advan kalem di ranah digital. Campaign sering tidak memorable dan kurang relevan.
Kurang Inovasi dan R&D Terbatas
Tren HP berkembang cepat seperti fast charging tinggi. Refresh rate 120Hz, kamera AI, desain premium murah.
Advan main aman tanpa fitur wah. Jarang ada inovasi bikin konsumen penasaran.
Brand lain seperti Realme GT fokus gaming. Infinix Zero Ultra charging 180W jadi pembeda.
R&D Advan terbatas karena skala kecil. Sulit ikut lomba inovasi brand besar.
Potensi Lokal Tidak Dimaksimalkan
Advan punya kartu AS sebagai brand Indonesia. Pabrik lokal dan harga ramah kantong.
Bangga produk lokal kini tren di masyarakat. Erigo, Eiger, Kopi Kenangan sukses mainkan ini.
Advan jarang tanamkan kebanggaan lokal. Tidak ada campaign kuat soal made in Indonesia.
Potensi besar terbuang sia-sia. Bisa jadi tren nasional kalau dimainkan maksimal.
Peluang Bangkit di Masa Depan
Advan tidak jelek tapi biasa saja. Tidak berani tampil beda di pasar kompetitif.
Peluang bangkit masih ada jika berubah. Rebranding kuat fokus digital marketing.
Mainkan sentimen local pride secara maksimal. Sobat GSMBase, ini kunci utama comeback.
Inovasi produk harus ditingkatkan. Kolaborasi influencer dan campaign viral jadi keharusan.
Advan bisa kembali relevan. Asal adaptasi zaman dan manfaatkan kekuatan lokal sepenuhnya.